Jangan Pojokkan Bibi Netanyahu & Israel, Carilah Solusi Demi Perdamaian

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/03cQbuS9mR5Gh/610x.jpg

10,000 flowers sent to Netanyahu after White House ‘ambush’

Photostream : Bibi Netanyahu in Washington

Jakarta 2/4/2010 (KATAKAMI)  Seandainya saja, Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama mau untuk lebih dewasa dan sabar saat ia menjalin komunikasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin “Bibi” Netanyahu yang diundang datang bertamu ke Gedung Putih maka situasinya mungkin agak berbeda.

Tetapi dari pemberitaan yang di klaim oleh pihak Perdana Menteri “Bibi” Netanyahu, saat pembicaraan sedang berlangsung Presiden Obama mendadak “mundur” dari pembicaraan demi acara makan malam bersama isteri dan kedua anaknya.

Bibi Netanyahu hanya berbicara dengan Wakil Presiden Joe Biden dan bawahan-bawahan Obama dalam pemerintahannya yang hadir dalam disana.

Tak cuma itu tekanan yang sangat mengejutkan dari Presiden Obama.

Ia bahkan memerintahkan agar tidak boleh ada satu gambarpun yang diambil dan disiarkan mengenai pertemuannya dengan PM Bibi Netanyahu.

Tidak ada foto.

Tidak ada keterangan pers resmi.

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/0bOecwyaMf50h/610x.jpg

Photo : President Barack Hussein Obama


Padahal hanya beberapa hari setelah kunjungan Perdana Menteri Bibi Netanyahu ke Gedung Putih, Presiden Obama dengan sangat manis menunjukkan dan memamerkan kepada dunia sambutan hangat terhadap Presiden Perancis Nicolas Sarkozy yang membawa serta sang isteri (muda) yang nan cantik jelita yaitu Carla Bruni (yang berkunjung ke Gedung Putih tanggal 30 Maret 2010).

Adilkah itu ?

Bukankah itu menjadi sebuah tamparan keras bagi Perdana Menteri Israel Bibi Netanyahu yang diperlakukan tidak ramah oleh Gedung Putih.

Jangan mengundang level-level Pemimpin Negara kalau ternyata pada kenyataannya mereka tidak diterima dan diperlakukan sebagaimana mestinya.

Sebab tindakan semacam ini, hanya akan memperkeruh suasana yaitu proses perdamaian di Timur Tengah antara Israel dan Palestina.

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/037B4O017b83t/x610.jpg

Photo : Presiden Obama saat menerima Presiden Sarkozy (30 Maret 2010)


Jika memang Presiden Obama ingin berperan kuat dalam membantu percepatan perdamaian itu terjadi maka Presiden Obama tidak boleh berlaku diskriminatif dan tidak adil.

Tidak begitu caranya untuk menekan Israel agar tunduk kepada arahan, petunjuk dan kemauan Presiden Obama – atas nama Pemerintah Amerika – yang meminta Israel untuk menghentikan pembangunan perumahan di Tepi Barat.

Kerasnya sikap Presiden Obama dalam menekan Israel ini memang bisa dimengerti sebab tanah yang akan digunakan oleh Israel untuk membangun itu dianggap sebagai tanah sengketa yang akan menimbulkan masalah jika Israel tetap membangun perumahan bagi warga  Yahudi. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Netanyahu ini memang terdiri dari barisan-barisan politisi yang bisa disebut “radikal”.

Radikal dalam arti menunjukkan dan melanjutkan prinsip-prinsip serta pilihan-pilihan politik mereka.

Tetapi seradikal dan sekeras apapun seorang “Bibi” Netanyahu, ia sudah menunjukkan kesungguhan untuk mau berdialog.

Ia bersedia datang kesana kemari.

Ia bersedia berbicara ke berbagai pihak – diluar pihak-pihak dalam negerinya –.

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/05Yo96P3qB3U9/610x.jpg

Photo : PM Netanyahu saat baru tiba memasuki Gedung Putih (23 Maret 2010)


Mengapa itu tidak dihargai ?

Mengapa itu tidak ditanggapi ?

Mengapa itu tidak dimanfaatkan – terutama oleh Presiden Obama dan Pemerintah AMERIKA — ?

Untuk membuat ISRAEL tunduk kepada keputusan Perserikatan Bangsa Bangsa dan AMERIKA khususnya, bukan dengan cara mempermalukan dan merendahkan Perdana Menterinya di mata dunia internasional.

Ada tujuan yang lebih besar dan yang sangat fundamental untuk tetap diupayakan yaitu PERDAMAIAN.

Jika ada satu pihak – dari kedua pihak yang bertikai yaitu ISRAEL & PALESTINA – dibuat sangat terpojok (bahkan sampai melukai harga diri dan martabat pemerintahannya), proses PERDAMAIAN itu akan sangat sia-sia.

Kalau saja Perserikatan Bangsa Bangsa dan AMERIKA khususnya, mau merenung sedikit tentang situasi dunia saat ini maka mereka akan sadar bahwa banyak sekali permasalahan yang mengambang akibat gertak-gertak kemarahan secara melembaga.

Lihatlah permasalahan krisis nuklir di Semenanjung Korea – dimana dialog 6 negara ( THE SIX PARTY TALK )  – sampai detik ini tidak menemukan titik temu.

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/08AI1aS8Kugim/610x.jpg

Photo : PM Netanyahu meninggalkan Gedung Putih (23 Maret 2010)


Lihatlah permasalahan di Myanmar (Burma) – tokoh oposisi yang pernah menerima Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi masih tetap ditahan oleh Junta Militer dan sudah menyatakan secara resmi bahwa partai politik yang dipimpinnya akan memboikot Pemilihan Umum di sana –.

Lihat jugalah permasalahan nuklir di Iran yang makin berkepanjangan pasca menguatnya tekanan-tekanan yang membidik Presiden Ahmadinejad.

Artinya, tidak ada satupun tekanan-tekanan, veto demi veto, ataupun kecaman demi kecaman yang berujung pada penyelesaian masalah secara damai.

Semua tekanan, veto dan kecaman itu bukan justru mengantarkan masalah demi masalah kepada gerbang penyelesaian yang terbaik.

Pilihannya hanya ada ada 2 yaitu semakin memanas atau mengambang.

Apakah ini yang mau dibanggakan oleh banyak Negara di dunia ini ?

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/09rLgb9155cki/610x.jpg

Photo : President Barack Hussein Obama

Apakah ini yang mau dibanggakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa dan Amerika ?

Duduklah bersama secara dewasa dan sama-sama memegang itikat yang baik untuk mencari solusi.

Jangan ada yang memperkeruh suasana.

Jangan ada yang saling melukai perasaan dan menghancurkan harga diri atau martabat sesame Kepala Negara atau Pemimpin Dunia.

Ajaklah kembali Perdana Menteri Bibi Netanyahu dan Israel berbicara secara baik-baik.

Pelajari watak dan kepribadian mereka – sebelum dialog itu dijalin dan dibangun –.

Carilah solusi yang menyelesaikan permasalahan yang paling mendasar disana.

Misalnya, jika memang Israel tetap ingin membangun perumahan bagi warganya di atas tanah sengketa maka carikanlah solusi yang bisa menjadi WIN WIN SOLUTION.

Solusi yang memberikan keuntungan di kedua belas pihak.

Jadi jangan saling “menggebuk” dan saling “menghajar” dalam sebuah perang panjang dalam pemberitaan-pemberitaan media massa kelas dunia.

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/0bFc9BHdKWaln/610x.jpg

Photo : Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Perdana Menteri Bibi Netanyahu juga harus lebih “membuka diri” ke arah yang sangat positif bagi penyelesaian masalah.

Tak cukup hanya menerima undangan demi undangan dari sejumlah pihak untuk berdialog.

Bibi harus bisa mengendalikan sedikit sikap kerasnya.

Sebab Bibi memang sangat piawai untuk mengemas setiap kebijakan kabinetnya sehingga kadang-kadang pihak lain (terutama Amerika) menjadi terkejut-kejut sendiri jika Bibi sudah membuat “ulah” lagi.

Tapi itulah Bibi, ia seorang pemimpin yang sangat cerdas, benar-benar berani, sangat nekat (kadang cenderung agak “gila” langkah-langkah politiknya) dan ia tak gentar menghadapi apapun demi rakyatnya.

Bibi perlu diingatkan untuk mau menerima apapun konsekuensi yang nantinya akan diambil dari dialog-dialog penyelesaian masalah perdamaian ini – termasuk masalah pembangunan di Tepi Barat Israel –.

Jadi, singkat kata, carilah solusi yang terbaik.

Dan apapun yang memang baik untuk mewujudkan perdamaian itu, jangan ditampik !

Disitulah dibutuhkan kemampuan dan kematangan dalam BERDIPLOMASI.

(MS)