Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sjamsir Siregar : Kewaspadaan Tetap Terjaga

Kepala Badan Intelijen Negara ( BIN) Sjamsir Siregar

Oleh : Mega Simarmata

Dokumentasi wawancara eksklusif Mega Simarmata dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sjamsir Siregar yang telah dimuat di INILAH.COM tanggal 17 Desember 2007

Jakarta – Masalah keamanan menjadi faktor yang sangat penting dan mendasar dalam konteks stabilitas negara. Makin terjamin kondisi keamanan suatu negara, makin kuat stabilitas negara tersebut. Tentu, makin besar pula minat kalangan usaha untuk berinvestasi. Hal itu berlaku di setiap negara, termasuk Indonesia.

Peristiwa Bom Bali, Bom Kuningan, dan sederet aksi teroris lainnya sempat merongrong stabilitas Indonesia. Bagaimana kondisi negeri ini kini, terutama menjelang hari besar keagamaan Idul Adha dan Natal 2007? Sjamsir Siregar, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), menjawab serangkaian pertanyaan INNChannels dalam wawancara khusus di Jakarta, Senin (17/12).

Berikut petikannya:

INILAH.COM : Bagaimana evaluasi BIN tentang situasi keamanan dalam negeri sepanjang 2007?

Sjamsir Siregar (SS) : Secara keseluruhan keamanan dalam negeri cukup kondusif. Walaupun ada hal-hal tertentu dalam skala kecil, kejadiannya tidak sampai mengganggu atau mempengaruhi keamanan nasional. Misalnya masalah-masalah politik.

INILAH.COM : Termasuk bentrokan-bentrokan atau aksi massa akibat penyelenggaraan Pilkada di daerah-daerah?

(SS) : Masalah Pilkada seperti itu memang ada, tapi tetap bisa diatasi oleh aparat keamanan kita. Biasanya, itu dipicu masalah pro dan kontra terhadap kemenangan atau kekalahan pihak tertentu dalam Pilkada. Tapi, itulah mereka. Tidak konsekuen terhadap tekad para calon di awal mengikuti Pilkada. Kan ada janjinya, yaitu siap menang, siap pula kalah. Masa, kalau sudah kalah, langsung ribut dan menggugat di pengadilan.

INILAH.COM : Sebenarnya, kalau calon yang kalah menggugat secara hukum, tidak jadi masalah. Yang jadi masalah, bila mereka mengerahkan massa. Betul kan ya?

(SS) : Kalau ada pengerahan massa, dibuat demonstrasi-demonstrasi, semua itu kan mengganggu situasi di daerah mereka masing-masing.

INILAH.COM : Juni 2007, ditangkap dua pimpinan Al Jamaah Al Islamyah, yaitu Zarkasih dan Abu Dujana. Tinggal Noordin M Top yang belum ditangkap. Bagaimana untuk urusan terorisme ini berdasarkan data BIN?

(SS) : Ancaman terorisme itu setiap saat bisa muncul. Walaupun secara keseluruhan sudah banyak pengikut mereka yang ditangkap, gembongnya kan masih ada yang berkeliaran. Zulkarnain, misalnya. Mereka membentuk jaringan baru. Ini ancaman. Yang namanya teror itu, biar cuma satu ledakan yang terjadi, semua langsung terpengaruh.

INILAH.COM : Bagaimana untuk keamanan nasional menjelang Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru?

(SS) : Jangan kau pikir keamanan Indonesia hanya dijaga menjelang Tahun Baru. Keamanan Indonesia terus dijaga sepanjang tahun. Kewaspadaan tetap tinggi sepanjang setahun penuh. Jadi, Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru pun sudah menjadi bagian dari pengamanan aparat kita.

INILAH.COM : Tahun ini sudah ditangkap pimpinan aliran sesat Al Qiyadah. Berdasarkan pemantauan BIN, apa kaitan Al Jamaah Al Islamyah (JI) dengan Al Qiyadah?

(SS) : Antara kedua kelompok itu tidak ada kaitan organisasi. Al Jamaah Al Islamyah sendiri. Al Qiyadah juga sendiri. Al Qiyadah menganut aliran sesat. Paham sesat mereka mempengaruhi agama tertentu dan berpotensi menimbulkan situasi yang tidak kondusif di negara kita. Dan, bisa saja mereka melakukan tindakan-tindakan di luar hukum.

INILAH.COM : Menurut pengamatan BIN, apakah Al Jamaah Al Islamyah dan Al Qiyadah terus melakukan perekrutan di tengah masyarakat kita?

(SS) : Sampai saat ini, Al Qiyadah belum terlihat melakukan tindakan-tindakan radikal. Tapi, kami terus mengikuti, apakah nantinya mereka melakukan unsur radikalisme. Sebab, beberapa pimpinan Al Qiyadah itu bekas anggota organisasi terlarang.

INILAH.COM : Itu Al Qiyadah. Bagaimana dengan Al Jamaah Al Islamyah?

(SS) : Mereka juga kelihatan masih merekrut, tapi sembunyi-sembunyi.

INILAH.COM : Lho, kalau sudah tahu itu, kok didiamkan? Sistem keamanan kita bekerja atau tidak untuk mengatasi masalah radikalisme atau terorisme ini?

(SS) : Ah, macam mana kau ini… Ya, tentu jalan keamanan itu.

INILAH.COM : Kalau BIN dapat informasi atau data awal, apakah itu diberitahukan kepada Polri atau TNI menyangkut ancaman keamanan, apalagi yang berkaitan dengan terorisme atau radikalisme?

(SS) : Ya, iyalah, kami kasih tahu. BIN tidak diperkenankan melakukan tindakan penegakan hukum sehingga BIN harus menyerahkan data-data dan informasi itu kepada pihak yang memiliki kewenangan, utamanya Polri.

INILAH.COM : Tapi, kesannya kok adem-adem saja? Noordin M Top dikejar atau tidak, terkesan tidak ada perkembangan. Bagaimana ini?

(SS) : Apanya yang adem? Semua tetap bekerja. Begini, soal si Noordin itu, mungkin saja ada seseorang yang dekat dengan dia, tapi belum diambil karena bisa putus jaringannya.

INILAH.COM : Maksudnya, aparat kita sudah tahu di mana Noordin M. Top, tapi cuma dibuntuti? Kenapa tidak ditangkap saja sekalian?

(SS) : Orang di sekeliling Noordin M Top itu kami sudah tahu. Tapi, Noordin M Top di mana posisinya, kami belum tahu. Nah, kalau orang-orang di sekelilingnya itu ditangkap, bisa putuslah jaringannya. Untuk sementara, kami ikuti saja dulu ke mana mereka pergi.

INILAH.COM : Walaupun itu dibilang orang terdekat Noordin M Top, sebenarnya bisa cepat diketahui dong di mana ia berada saat ini?

(SS) : Belum. Orang-orangnya tidak bisa ditangkap dulu karena malah jadi buntu nanti. Mengerti kau?

INILAH.COM : Bagaimana dengan situasi di Poso (Sulawesi Tengah) saat ini? Di awal 2007 kan sempat jadi daerah yang ancaman radikalismenya tinggi?

(SS) : Sampai sekarang Poso cukup aman. Bulan lalu memang ada ledakan, tapi itu ledakan dari petasan yang cukup besar kekuatannya. Inilah, kalian ini, macam-macam saja kalian. Wartawan seperti kalian cepat sekali menyimpulkan. Masa langsung dibilang bom, padahal itu hanya petasan.

INILAH.COM : Terkait rencana eksekusi mati tiga terpidana Bom Bali I (Amrozi, Imam Samudera, dan Ali Gufron –Red). Bagaimana pemerintah mengantisipasi reaksi yang bisa saja timbul akibat eksekusi itu?

(SS) : Eksekusi itu tetap akan dilaksanakan sehingga kami terus mewaspadai kemungkinan timbulnya reaksi. Tapi, menurut kami, reaksi itu tidak akan besar. Kami akan berusaha agar situasi keamanan tetap terkendali dan kondusif. Dan, jangan nanti gara-gara ada pihak tertentu yang mengeluarkan pernyataan tertentu untuk memprovokasi, lantas eksekusi dibatalkan. Tidak. Negara tidak akan mundur terkait rencana eksekusi mati itu.

INILAH.COM : Untuk 2008, potensi ancaman itu dari unsur atau bidang apa saja?

(SS) : Salah satu yang kami amati, ancaman itu dari bidang separatisme, terutama di Aceh, Papua, dan Maluku. Kami terus mewaspadai itu. Sebab, masih ada golongan-golongan di daerah tersebut, yang ingin melanjutkan cita-cita lama mereka untuk merdeka.

INILAH.COM : Apa benar yang diamankan BIN saat ini termasuk lawan-lawan politik pemerintah? Benarkah gerak-gerik mereka diawasi ketat?

(SS) : Wah, kalau soal itu BIN obyektif. Tentunya, terhadap semua pihak yang giat di arena politik, BIN mengikutinya secara merata. Jadi, bukan yang tadi kau sebut itu, yakni lawan-lawan politik pemerintah.

INILAH.COM : Misalnya Megawati Soekarnoputri, Gus Dur, Wiranto, Sutiyoso, dan Ryamizard. Kabarnya kan mereka ini yang disebut lawan politik pemerintah. Apa benar mereka diawasi dan dibatasi geraknya oleh BIN?

(SS) : Ah, tidak ada itu. Ngarang aja kau…

INILAH.COM : Maksudnya, mereka diwaspadai supaya tidak sampai mengalahkan Presiden SBY dalam Pemilu Pilpres 2009 seandainya mereka juga maju?

(SS) : Tak ada itu. Indonesia ini negara demokratis. Catat ini, ya. Sepanjang mereka tidak melanggar ketentuan dan aturan-aturan hukum yang berlaku di negara ini, silakan saja berpolitik. Siapa saja boleh kok.

INILAH.COM : Terkait kasus terbunuhnya aktivis HAM Munir. Apa yang bisa disampaikan BIN?

(SS) : Proses hukum sedang berjalan. Kita tunggu saja hasil dari proses hukum itu. Jangan dipikir kami menghalang-halangi proses hukum yang sedang berjalan. Kalian saja yang nggak tahu. Sudah aku perintahkan anggotaku di sini untuk memberikan apapun data atau informasi yang dibutuhkan Polri dalam mengusut kasus itu. Sampai saat ini, sudah sekitar tujuh orang anggota kami di BIN yang diperiksa Polri. Mereka dimintai keterangan.

INILAH.COM : Apakah di antara yang tujuh orang itu termasuk mantan pejabat BIN yang disebut-sebut terlibat kasus Munir?

(SS) : Ah, kau ini bagaimana. Yang kubilang tadi ada tujuh orang anggotaku sudah diperiksa. Kalau disebut begitu, artinya mereka anggota yang masih aktiflah. Yang sudah tidak aktif bukan urusanku. Yang kuperintahkan untuk kooperatif dalam pemeriksaan oleh tim Polri adalah anggota BIN yang masih aktif. Kami pro aktif. Kalau memang ada yang dibutuhkan Polri untuk mengusut kasus ini, kami bantu dan selama ini sudah kami bantu semua proses pemeriksaannya.

(Selesai)